KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR SANGAT RENDAH (BBLR)

Photo : raisingchildren.net.au/newborns

KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR SANGAT RENDAH (BBLSR)


Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan pada Bayi Baru Lahir dengan BBLSR       
1.    Pengkajian
Dilakukan pada tanggal ... jam... WIB
No Register……………
1.    Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari hasil wawancara (anamnesa) langsung kepada klien dan keluarga dan tim kesehatan lainnya. Data subjektif ini mencakup semua keluhan klien terhadap masalah kesehatan yang lain (Wahyuni, 2015).
1)   Biodata
-  Data bayi
a)     Nama bayi             :untuk mengetahui identitas bayi dan menghindari terjadinya kekeliruan.
b)   Tanggal lahir          : tanggal lahir bayi dikaji untuk mengetahui umur bayi
c)     Umur bayi             : untuk mengetahui umur bayi, biasanya terjadi  pada  bulan pertama usia bayi sehingga dapat mengantisipasi diagnose masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan.
-  Data orang tua
a)    Nama ibu/ayah       : untuk mengetahui identitas orang tua bayi serta sebagai penanggung jawab terhadap bayi
b)   Umur                      : untuk mengetahui umur dari ibu serta suami, selain  itu digunakan untuk mengetahui keadaan ibu apakah
termasuk primipara muda atau primipara tua. (Poedji Rochjati, 2003: 74).
c)    Agama                   : riwayat kelahiran
d)    Pendidikan            : tingkat pendidikan sangat besar pengaruhnya di dalam tindakan asuhan kebidanan, selain itu anak akan lebih terjamin pada orang tua pasien (anak) yang tingkat pendidikannya tinggi. (Depkes RI, 1994: 10)
e)    Pekerjaan               :  jenis pekerjaan dapat menunjukkan tingkat keadaan ekonomi keluarga, juga dapat memengaruhi kesehatan.
f)     Alamat                  : dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan mendesak dan dapat memberi petunjuk keadaan tempat tinggal pasien. (Depkes RI, 1994: 10).
2)   Keluhan Utama
Ditanyakan untuk mengetahui kondisi bayinya
3)   Riwayat Kesahatan Sekarang
Ditanyakan untuk mengetahui bagaimana perkembangan kesehatan bayinya.
4)   Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita ibu selama kehamilan dan pasca persalinan, terutama penyakit infeksi. Sepsis dapat timbul sebagai lanjutan dari infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit. Bayi dapat terkena infeksi selama kehamilan, dari traktus genital ibu selama kelahiran.
5)   Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada anggota yang menderita penyakit infeksi atau tidak
6)    Riwayat Psikososial Budaya
Untuk mengetahui bagaimana lingkungan sosial dan budaya keluarga supaya tenaga kesehatan dapat menyesuaikan.
7)   Pola Kebiasaan Sehari-hari
a)    Pola nutrisi      : nutrisi terbaik untuk BBL adalah ASI yang dapat diberikan segera setelah bayi lahir, pemberiannya ondeman. Setelah bayi lahir segera susukan pada ibunya, apakah ASI keluar sedikit, kebutuhan minum hari pertama 60 cc/kg bb, selanjutnya ditambah 30 cc/kg bb untuk hari berikutnya.
b)   Pola aktivitas   : aktivitas BBL pada umumnya bergerak aktif dan banyak minum
c)    Pola kebersihan           : mandi 2 kali sehari, perawatan tali pusat dengan mengganti kasa, mengganti pakaian bila kotor.
d)   Pola eliminasi : neonatus akan buang air kecil selama 6 jam setelah kelahirannya, buang air besar pertama kalinya dalam 24 jam pertama berupa mekoneum perlu dipikirkan kemungkinan mekoneum Plug Syndrome, megakolon, obstruksi saluran pencernaan.
2)   Data Obyektif
Data objektif adalah data yang diperoleh dari hasil observasi dan diukur. Informasi tersebut biasanya diperoleh dari pemeriksaan fisik (Wahyuni, 2015).
1)   Pemeriksaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum bayi meliputi tingkatkesadaran (Sadar, penuh, apatis, gelisah, koma), pernafasan,warna kulit, denyut jantung, suhu aksiler, postur, gerakan danketegangan otot (Muslihatun, 2010). Biasanya keadaan bayi akan menurun (“not doing well”) malas minum ( “poor feeding”), hipertemia/hipotermia, sklerema, dan edema.
a)    Keadaan Umum     : cukup / lemah
b)   Kesadaran              : composmentis/ letargi/ somnolen
c)    Suhu                       : dinilai dari temperatur normal rectal atau axilla yaitu 36,5ºC sampai 37ºC.
d)   Denyut jantung      : dinilai dari kecepatan, irama, kekuatan. Dalam satu menit normalnya 120-160x/menit.
e)     Pernapasan            : dinilai dari sifat pernapasan dan bunyi napas.  Dalam satu menit, pernapasan normal, 40-60 x/menit (Marmi dan Rahardjo, 2012).  Apabila < 30 x/ menit atau > 60 x/ menit bayi sukar bernafas, 5% - 10% karena bayi mengalami 4 penyesuaian utama yang dilakukan belum dapat memeroleh kemajuan dalam perkembangan. Pada sepsis neonatorum sering ditemukan frekuensi pernapasan meningkat.
2)         Pemeriksaan Fisik
a)    Kepala        :Ada/tidakada caput succedaneum, chepal hematoma, keadaan ubun-ubun tertutup.
b)    Muka          : Untuk melihat apakah muka pucat atau tidak,   karena salah satu tanda sepsis neonatorum adalah mata pucat.
c)    Mata           : Untuk melihat bagaimana keadaan mata pada   pasien sepsis neonatorum, apakah kuning atau tidak. Karena salah satu tanda sepsis neonatorum sclera tampak kuning
d)   Hidung       : Untuk melihat adakah cuping hidung atau tidak, karena salah satu tanda sepsis neonatorum adalah adanya cuping hidung.
e)    Mulut         : Untuk melihat apakah sianosis atau tidak, karena salah satu tanda sepsis neonatorum adalah terdapatnya sianosis atau tidak.
f)     Dada          : Apakah ada gejala pada paru, ada/tidak retraksi dada, seperti sianosis, apnea.
g)  Abdomen    : Untuk melihat apakah kembung atau tidak, karena salah satu tanda sepsis neonatorum pada sistem saluran pencernaan adalah adanya retensi lambung, hepatomegali, mencret, muntah, dan perut kembung
h)    Ekstremitas: Untuk melihat sianosis atau tidak, karena salah satu tanda sepsis neonatorum adalah adanya sianosis. Ada/tidak kemerahan dan pembengkakan pada sendi, ada/tidak gerakan abnormal.
i)      Genetalia    : Untuk mengetahui apakah genetalia sudah tepat pada posisinya. Pada perempuan, labia mayora menutupi labia minora
j)      Anus           : untuk mengetahui apakah bayi mengalami atresia ani atau tidak
3)         Pemeriksaan antopometri
a)   Berat badan
BB bayi normal 2500 – 4000 gram
b)   Panjang badan
PB bayi lahir normal 48 – 52 cm
c)   Lingkar kepala
Lingkar kepala bayi normal 33 – 38 cm
d)  Lingkar lengan atas
Normal 10 – 11 cm
4)         Refleks atau pemeriksaan neurologis
a)   Refleks moro            : Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba digerakkan (Saifuddin, 2006; h. 138).  Apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan jari dan tangan maka akan menimbulkan gerak terkejut. Reflek moro pada bayi dengan hiperbilirubinemia biasanya lemah (Farrer, 2007).
b)   Refleks rooting         : bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi (Saifuddin, 2006; h. 138). Reflek rooting pada bayi dengan hiperbilirubinemia biasanya lemah (Farrer, 2007).
c)   Refleks graphs          : refleks genggaman telapak tangan dapat dilihat dengan meletakkan pensil atau jari di telapak tangan bayi (Frasser, 2009; h. 722). Reflek graphs pada bayi dengan hiperbilirubinemia biasanya lemah (Farrer, 2007).
d)  Refleks sucking        : terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis menghisap benda yang ditempatkan di mulut mereka (Frasser, 2009; h.722). refleks menghisap pada bayi ikterus kurang (Surasmi, 2003; h. 68). Reflek sucking pada bayi dengan hiperbilirubinemia biasanya lemah (Farrer, 2007).
e)   Refleks tonicneck : pada posisi telentang, ekstremitas di sisi tubuh dimana kepala menoleh mengalami ekstensi, sedangkan di sisi tubuh lainnya fleksi (Frasser, 2009; h. 722). Reflek tonicneck pada bayi dengan hiperbilirubinemia biasanya lemah (Farrer, 2007).
f)     Refleks glabella       : Bayi disentuh pada daerah os glabella dengan jari tangan pemeriksa maka ia akan mengerutkan keningnya dan mengedipkan matanya.
g)    Refleks gland          : Bila bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri maka ia  berusaha mengangkat kedua pahanya.
Apabila bayi tidak bisa melakukan reflek dengan benar ada kemungkinan bayi terinfeksi di bagian tulang yang sering terjadi di sekitaran lengan atau tungkai sehingga pergerakan bayi terbatas.

5)         Pemeriksaan Penunjang
a.    Pemeriksaan komponen darah
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Darah terdiri dari bagian padat yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan bagian cairan yang berwarna kekuningan yang disebut plasma. Pemeriksaan hematologi rutin dapat menentukan kualitas kesehatan.
1.    Neutrofil
Neutrofil berperan dalam melindungi tubuh melawan infeksi, nilai normal : 50-70 %
2.    Limfosit
Limfosit berperan untuk memproduksi antibodi dalam melawan infeksi, nilai normal : 25-40 %
3.    Monosit
Berperan dalam sistem imun, nilai normal 2-8 %

4.    Eosinofil
Eosinofil berperan dalam reaksi alergi, reaksi obat dan infeksi parasit, nilai normal : 2-4 %
5.    Basofil
Basofil berperan dalam proses alergi dan inflamasi, nilai normal : 0-1,0 %
6.    Hemoglobin (Hb)
Hb merupakan protein yang terdapat dalam eritrosit yang berfungsi membawa oksigen ke dalam tubuh. Normal pada anak-anak : 11,3-14,1 (g/dl)
7.    Eritrosit
Fungsi eritrosit / sel darah merah adalah membawa oksigen ke seluruh  tubuh, nilai normal : laki-laki : 4,4-5,9 (106/µl), perempuan : 3,8-5,2 (106/µl).
8.    Hematokrit
Hematokrit merupakan perbandingan antara sel darah merah, sel darah putih dan trombosit dengan plasma darah, nilai normal : laki-laki : 42-52 %, perempuan : 37-47 %
9.    Trombosit
Trombosit berperan dalam proses pembekuan darah, nilai normal  150-450 (103/µl) atau 150.000-450.000 sel/mm3
10.      Leukosit
pemeriksaan leukosit dilakukan untuk mengetahui kelainan sel darah putih yang bertanggungjawab terhadap imunitas tubuh, evaluasi infeksi bakteri dan virus, proses metabolik toksik dan keganasan sel darah putih. Nilai normal pada neonatus 9000-30.000 sel/mm3
11.      Pemeriksaan Laju Endap Darah
Pemeriksaan ini digunakan untuk pemantauan keberhasilan terapi dan perjalanan penyakit terutama penyakit kronis, mengetahui kemungkinan adanya keganasan, penyakit kolagen atau infeksi, membedakan tingkat radang atau pembentukan antibodi terhadap dua penyakit yang secara klinis susah dibedakan, nilai normal laki-laki : 0-8 mm/jam, perempuan : 0-15 mm/jam.
2.    Identifikasi Diagnosis dan Masalah Aktual
Diagnosa kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan (Prawirohardjo, 2010).
1)   Diagnosa
BY…… Ny. ... usia .. hari dengan BBLSR
2)   Masalah aktual
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis (Purwoastuti, 2014).
Bayi mengalami gangguan kenyamanan dan gangguan pemenuhan nutrisi seperti :
1.    Tangisnya lemah dan jarang
2.    Bayi merintih                     
3.    Pernafasan tidak teratur
4.    Retraksi dada sebagian
5.    Reflek hisap kurang
6.    Bayi banyak tidur
7.    Gerak tidak aktif
8.    Pada pemeriksaan darah lengkap kadar leukosit melebihi batas normal.



3)   Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melaksanakan analisis data (Nanda, 2010).
3.    Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini 30 membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan membutuhkan pencegahan. Bidan di harapkan waspada dan bersiap mencegah diagnosis/masalah potensial terjadi. Pada bayi berat badan lahir rendah maka perlu di lakukan antisipasi terjadinya hipotermia, dimana hipotermi terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik (penyakit membrane hialin), sering terjadi pada BBLSR kurang bulan yaitu pernafasan yang tidak teratur, merintih waktu ekspirasi, thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah, resiko aspirasi akibat belum terkoordinirnya refleks menghisap dan reflex menelan. Hipoglikemia adalah sedikitnya simpanan energi pada bayi sehingga BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahir dan berikan ASI setiap 2 jam sekali pada minggu pertama. Hiperbilirubinemia Terjadi karena fungsi hati belum matang.
4.    Identifikasi Tindakan Segera
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh dan ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanan terhadap masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Adapun penatalaksanaan BBLR yaitu: mempertahankan suhu tubuh dengan ketat, karena bayi BBLR mudah mengalami hipotermi, maka suhu tubuhnya harus di pertahankan dengan ketat. Mencegah infeksi dengan ketat pada BBLR sangat rentan akan infeksi, maka prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk cuci tangan sebelum memegang bayi. Pengawasan nutrisi refleks menelan bayi BBLR belum sempurna dan sangat lemah, sehingga pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat. Penimbangan ketat perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbanagn berat badan harus dilakukan dengan ketat. Perawatan bayi lekat (Kangaroo Mother Care), perawatan bayi lekat ini merupakan cara yang murah, aman dan mudah diterapkan yaitu dengan cara mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara kontak ke kulit seawal mungkin, mendukung ibu untuk memberikan Asi, manfaat KMC ini yaitu dapat menjaga ikatan emosi ibu dan bayi, dapat melatih ibu cara menyusui yang baik dan benar, melatih bayi untuk menghisap dan menelan secara teratur dan terkoordinasi.
5.    Intervensi
Langkah ini merupakan perluasan dari identifikasi masalah dan diagnosa yang telah diantisipasi dan melibatkan usaha untuk memperoleh data atau keperluan penyusunan data (Purwoastuti, 2014).
1.      Anjurkan pada ibu sering menyusui bayinya.
Rasional: ASI merupakan nutrisi yang vital merupakan pertumbuhan sel saraf otak dan pemberian kalori untuk kerja sel-sel saraf, memudahkan penyerapan kalsium, mempetahankan faktor bifidus didalam usus, dan mempercepat pengeluaran kalsium sebagai pemberian ASI.
2.      Beri penjelasan tentang pada ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif dan cara menyusui yang benar.
Rasional: rangsangan oleh isapan bayi merangsang hipofisis posterior mengeluarkan hormon oksitosin untuk sekresi ASI dan hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin untuk produksi ASI.
3.      Melakukan pemasangan selang Oral Gastric Tube (OGT)
Rasional: refleks menghisap dan refleks menelan bayi masih lemah sehingga selangnya digunakan untuk memasukkan ASI atau obat dengan menggunakan spoit.
4.      Memberikan intake ASIP sebanyak 1 cc dengan menggunakan spoit lewat OGT tiap 3 jam.
Rasional: intake yang adekuat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi khususnya glukosa sehingga tidak tejadi hipoglikemia.
5.      Observasi tanda-tanda vital
Rasional: untuk mengetahui keadaan umum bayi dan menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
6.      Timbang berat badan bayi setiap hari.
Rasional: merupakan indikator perkembangan fisik bayi serta kemajuan dalam perawatan berat badan lahir rendah.
7.      Melakukan perawatan tali pusat secara aseptik dan antiseptik.
Rasional: mengurangi resiko infeksi dan mencegah terjadinya infeksi silang.
8.      Setiap kali bayi BAB/BAK ganti kain yang kering
Rasional: pakaian bayi yang basah menyebabkan bayi kehilangan panas secara konduksi.
9.      Memberikan bayi infus cairan glukosa 10% dan aminosteril infant 6%.
Rasional: aminosteril  infant  6%  berfungsi  untuk  pencegahan  dan  pengobatan kekurangan protein dimana asupan makanan secara oral merupakan kontra indikasi, glukosa 10% berfungsi meningkatkan cadangan energi bayi .
11.  Selimuti bayi dan meletakkan kedalam inkubator.
Rasional: menyelimuti dan menempatkan ditempat yang hangat mencegah kehilangan suhu tubuh bayi yang normal dan menjaga selalu kehangatan bayi.
6.      Implementasi
Kegiatan yang dilakukan dari rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah sebelumnya, dilaksanakan secara efisien dan aman (Purwoastuti, 2014). Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memastikan agar langkah-langkah tersebut terlaksana). Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menagani klien yang mengalami komplikasi. Keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencan asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
7.      Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang di berikan. Meliputi apakah pemenuhan kebutuhan telah terpenuhi sesuia diagnosa atau masalah.

0 Comments