MAKALAH KONSEP TEORI KEHAMILAN GEMELI



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  KONSEP TEORI GEMELI
2.1.1  Definisi
Kehamilan kembar atau kehamilan multiple ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus. Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama pada stadium massa sel dalam atau lebih awal (Fadlun dan Achmad Feryanto. 2012).
Suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih embrio atau jenin sekaligus, kehamilan ganda terjadi, apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi membentuk dua embrio yang sama pada stadium massa sel dalam atau lebih awal (Taufan, 2012).
Menurut Ratna Dewi. 2012, kehamilan kembar ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan dan persalinan membawa risiko bagi janin, wanita dnegan kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan perhatian khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin.
2.1.2  Etiologi
Bangsa hereditas, umur, dan paritas hanya mempunyai pengaruh terhadap kehamilan kembar yang berasal dari 2 telur. Juga obat klomid dan hormon gonadotropin yang dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi dilaporkan menyebabkan kehamilan dizigotik. Faktor-faktor tersebut dan mungkin pula faktor lain dengan mekanisme tertentu menyebabkan matangnya 2 atau lebih foliker de Graaf atau terbentunya 2 ovum atau lebih dalam satu folikel. Kemungkinan pertama dibuktikan dengan ditemukannya 21 korpora lutea pada kehamilan kembar. Pada vertilisasi in vitro dapat pula terjadi kehamilan kembar, jika telur-telur yang diperoleh dapat dibuahi lebih dari satu dan jika semua embrio yang kemudian dimasukkan kedalam rongga rahim ibu tumbuh berkembang lebih dari satu. Pada kembar yang berasal dari satu telur, faktor bangsa, hereditas, umur dan paritas tidak atau sedikit sekali mempenagruhi terjadinya kehamilan kembar itu. Diperkirakan disini sebabnya ialah faktor penghambat pada masa pertumbuhan dini hasil konsepsi. Faktor penghambat yang mempengaruhi segmentasi sebelum blastula terbentuk, mengahsilkan kehamilan kembar dengan 2 amnion, 2 korion, dan 2 plasenta, seperti pada kehamian kembar dizigotik. Bila faktor penghambat terjadi, setelah blastula tetai sebelum amnion terbentuk, maka akan tejadi kehamilan kembar dengan 2 amnion sebelum  primitive streak tampak, maka akan terjadi kehamilan kembar dengan 1 amnion. Setelah primitive streak terbentuk, maka akan terjadi kembar dempet dalam berbagai bentuk.
( Ratna Dewi.2012).
2.1.3  Faktor Risiko
2.1.3.1     Risiko untuk ibu
A)    Gejala kehamilan muda meningkat. Apabila ada gejala hamil muda yang meningkat, maka kemungkinan hamil kembar harus dipikirkan. Meningkatnya gejala ini memungkinkan karena meningkatnya produksi hormon dibandingkan dengan hamil tunggal.
B)    keguguran meningkat. Dibandingkan dengan hamil tunggal, kemungkinan terjadinya keguguran lebih besar.
C)    Angka kejadian SC mengkat. Baik sebgai tindakan elektif maupun gawat darurat, angka SC pada hamil kembar lebih tinggi pada hamil tunggal.hal ini mungkin karena adanya malpresentasi, kelainan letak plasenta, ataupun penyulit ibu seperti hipertensi.
D)    Perdarahan pasca persalinan meningkat. Perdarahan pasca-persalinan ini lebih sering terjadi karena distensi uterus dan letak plasenta.
Permasalahan pasca-persalinan. Merawat bayikembar lebih sulit dan menyebabkan tekanan jiwa pada sebagian ibu ibu sehingga akan menambah jumlah kematian perinatal.
Risiko Ibu yang lain yaitu anemia, kelahiran preterm, hipertensi, hidramnion, kematian janin intrauterin, dan partus dengan tindakan (Fadlun dan Achmad Feryanto. 2012).

2.1.3.2     Risiko untuk janin
A)    Lahir mati dan kematian neonatus. Laporan dari Amerika, Inggris, dan Skandinavia memiliki angka kematian tersebut mencapai 10% dari semua kematian perinatal atau 10 kali lebih besar dibandingkand dengan kematian perinatal pada hamil tunggal.
B)    Kelahiran preterm. Angka kelahiran preterm ini bervariasi diantara beberapa negara yaitu antara 30%-50%. Pada hamil kebar triplet angkanya lebih tinggi
C)    Pertumbuhan janin terhambat. Angka kejadian pertumbuhan janin terhambat bervariasi diantara beberapa negara yaitu antara 25%-33%.
D)    Kelainan konginetal. Kelainan konginetal mayor 2 kali lebih besar daripada hamil tungggal. Kembar siam terjadi 1:200 hamil kembar monozigotik, dan acardia terjadi 1:100 diantara hamil kembar monozigotik. Hamil kembar triplet lebih besar kemungkinanan terjadinya kembar siam atau acardia. Kelainan konginetal yang sering ada yaitu defek neural tube, atresia usus, dan kelainan jantung. Kelainan kromosom lebih sering terjadi pada umur ibu yang lebih tua.
E)     Sindrom transfusi janin. Anastomosis yang terjadi biasanya antara arteri ven antar plasenta. Terjadi antara 5-15% diantara hamil kembar monozigotik dan 1% terjadi dalam keadaan akut. Apabila akut maka angka kematiannya mencapai 79-100%. Sindrom transfusi yang ada pada 30% kembar monozigotik adalah akibat anastomosis arteri vena. Kematian janin yang satu dapat menimbulkan kesakitan pada janin yang lain, yaitu adanya lesi kistik pada jaringan otak dan ginjal, yang memungkinkan disebabkan karena adanya trombus yang lepas akibat timbulnya diseminasi koagulasi intavaskular dari janin yang mati.
F)     Stuck twin phenomene. Terjadi pada 8% hamil kembar. Umumnya terjadi pada kembar 1 korion dan 2 amnion, tetapi dapat terjadi juga pada hamil kembar dengan 2 korion dan kembar dizigotik. Pada kembar stuck twin sign , maka 1 janin kembar 2 amnion terletak berlawanan dengan dinding pada ologohidramnion yang berat, sedangkan janin yang lain terletak didalam kantung hidramnion. Kebanyakan keadaan ini karena adanya sindrom transfusi janin. Kematian janin pada keduanya mencapai 80%.
G)    Hidramnion. Hidramnion biasanya terjadi dalam satu kantong kehamilan ganda yang mengalami sindrom transfusi janin dan stuck twin sign.  Hal ini mungkin disebabkan karena kelainan pada janin seperti atresia gastrointestinal bagian atas, hidrop fetalis, kelainan jantung. Hidramnion merupakan penyebab utama kematian perinatal.
H)    Prolap dan simpul tali pusat. Persalinan preterm, ketuba pecah prematur, hidramnion, malposisi, dan malpresentasi semuanya merupakan faktor predisposisi terjadinya prolap ntali pusat kehamilan ganda 1 amnion dan 1 korion.
I)       Asfiksia. Risiko terjadinya asfiksia adalah 4-5 kali lebih besar daripada hamil tunggal. Faktor yang mempengaruhi risiko tersebut ialah pertumbuahan janin terhambat, prolap tali pusat, dan hidramnion.
J)       Partus dengan tindakan terutama pada janin kedua. Terutama kemungkinan dilakukannya ekstraksi kaki atau versi ekstraksi. Tindakan ini akan mengakibatkan trauma, nilai Apgar rendah, dan hiperbilirubinemia.
K)    Janin mati. Kematian janin kedua antara 0,5-6,8% setelah trimester I. Setelah janin kedua mati, maka kematian janin pertama 20% karena kelahiran preterm.
(Fadlun dan Achmad Feryanto. 2012).

Dibandingkan dengan kehamilan tunggal, kehamilan kembar lebih mungkin menjadi rumit oleh gangguan hipertensi, diabetes gestasional mellitus, anemia, kelahiran prematur, ante dan perdarahan postpartum, dan kematian ibu. 60 Bayi yang baru lahir dari kembar kehamilan lebih cenderung memiliki anomali, 26 pembatasan pertumbuhan intrauterin, 61 cacat, dan cerebral palsy.
Chauhan,Suneet P. MD. Scardo,James A. MD. Hayes,Edward. MD. Abuhamad,Alfred Z. MD. Berghella,Vincenzo. MD. Twins : prevalence, problems, and preterm births. [homepage on the Internet] 2011 [cited 2018 Sept 10]. Available from : American Journal of Obstetric Gynecology


2.1.4  Patofisiologi
Mekanisme terjadinya kehamilan kembar adalah ketika sperma bertemu dengan ovum di tuba fallopi, fertilisasi bergabungnya ovum dan sperma, ovum yang telah dibuahi bergerak turun dari tuba falopi uterus. Nidasi dan pertumbuhan fetus, selama proses ini kembar ini dapat terbentuk. Kehamilan kembar dapat fraternal atau identikal. Kebanyakan kembar fraternal berkembang dari telur dan sperma yang terpisah. Kembar fraternal memiliki plasenta dan kantung amnion terpisah. Berbeda dengan kembar identikal, dapat terjadi ketika telur yang dibuahi membelah lebih awal saat kehamilan dan berkembang menjadi 2 fetus. Kembar identik memiliki 1 plasenta, tapi fetus biasanya memiliki kantung amnion yang terpisah
Pada kasus kembar monozigot proses pembentukan bergantung pada waktu pembentukan terjadi. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwasannya kembar monozigot memiliki 4 kemungkinan waktu pemisahan, yakni pada 72 jam pertama setelah pembuahan, antara hari ke 4 – 8, antara hari ke 8 – 13, dan pembelahan yang terjadi lebih dari hari ke-13 setelah fertilisasi.
Dari keempat pembelahan tersebut, tentu saja yang terbaik adalah pembelahan pertama, karena bayi membelah dengan sempurna. Faktor yang mempengaruhi waktu pembelahan, dan kenapa bisa membelah tidak sempurna sehingga mengakibatkan dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi, malnutrisi, dan masalah lingkungan.
(Rohani, dkk. 2011).

2.1.5  Klasifikasi
Menurut Fadlun dan Achmad Feryanto 2012, klasifikasi kehamilan ganda atau gemeli dibagi menjadi 2.
2.1.5.1  Kembar dizigotik
angka kejadian kembar dizigotik berbeda dengan setiap golongan masyarakat. Kembar dizigotik terjadi karena adanya ovulasi berulang akibat rangsangan FSH dan LH surge. Gonadotropin eksogen, klomifen sitrat, dan obat-obat serupa yang dipakai untuk pengobatan onfertilitas dan merangsang pengeluaran FSH sehingga akan terjadi ovulasi berulang yang berakibat terjadinya kehamilan ganda. Wanita dengan hamil kembar mempunyai kadar FSH dan LH yang lebih tinggi daripada wanita dengan hamil tunggal.
Faktor keturunan dan lingkungan merupakan predisposisi kehamilan ganda dizigotik. Ada kecenderungan terjadinya hamil dizigotik yang lebih besar apabila diturunkan dari pihak ibu. Faktor lain yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya hamil kembar dizigotik ialah nutrisi, umur ibu, fertilitas, dan paritas. Wanita yng tinggi besar, lebih besar kemungkinannya untuk hamil kembar daripada wanita yang kurus dan kecil. Kehamilan ganda yang terjadi karena ovulasi mempunya risiko lebih besar terjadinya kelainan konginetal kerena kelainan kromosom. Pada wanita yang umurnya lebih tua atau wanita yang barusaja menghentikan penggunaan pil kontrasepsi, kadar hormon gonadotropin akan lebih sehingga kemungkinan mempunyai kehamilan ganda yang besar (Fadlun dan Achmad Feryanto. 2012).
Ciri-ciri kembar dizigotik menurut Taufan, 2012 :
1)      Jenis kelamin dapat sama atau berbeda
2)      Persamaan seperti adik-kakak
3)      Golongan darah tidak sama
4)      Cap tangan dan kaki tidak sama
5)      Sebagian hamil ganda dalam bentuk : a) 2 aminon, 2 korion, 2 plasenta; b) 2 amnion, 2 korion, 1 plasent
2.1.5.2  Kembar monozigotik
Kembar monozigotik merupakan hasil dari pembelahan ovum yang telah dibuahi pada bermacam-macam fase pertumbuhan. Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi mungkin disebabkan oleh kurangnya oksigen dan nutrisi sehingga menyebabkan terlambatnya implantasi.
Kembar monozigotik dapat terjadi pada fase perkembangan yaitu pada saat fase blastomer dini, pada saat pembentukan inner cell mass, dan pada saat pembentukan embrionic disk. Apabila pembelahan ovum yang telah dibuahi ini terjadi pada fase blastomer dini atau 72 jam pertama dimana blastomer dalam fase 2-4 sel dan akan berkembang menjadi morula, blastokis, dan embrio, maka akan terjadi kembar monozigotik dengan 2 amnion, 2 korion, dan 2 embrio.
Blastokis ini akan berimplantasi pada 2 tempat yang berbeda. Ada 2 plasenta yang berbatas tegas atau keduanya menjadi 1 apabila tempat implantasinya berdekatan. Pada plasenta dengan 2 amnion dan 2 korion, pembuluh darah tidak pernah akan menyeberang dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga tidak akan terjadi sindrom transfusi janin. Kembar monozigotik denagn 2 amnion dan 2 korion ini mempunyai kematian perinatal yang paling rendah di antara kehamilan ganda monozigotik yang lain.
Apabila pembelahan ovum yang telah dibuahi terjadi pada hari ke 4-8 setelah konsepsi, yaitu pada waktu perkembangan inner cell mass, maka akan terjadi kembar monozigotik dengan 2 amnion dan 1 korion. Pada saat itu, lapisan trofoblas yang akan menjadi plasenta dan korion telah terbentuk yaitu sebelum pemisahan inner cell mass. Amnion dengan rongga amnion belum terbentuk. Ada 2 janin yang masing-masing dipisah oleh sekat pemisah dan satu korion menutupi kedua kantong amnion tersebut (Fadlun dan Achmad Feryanto. 2012).
Ciri-ciri monozigotik menurut Taufan,2012 :
1)      Jenis kelamin sama
2)      Rupanya sama (seperti bayangan)
3)      Golongan darah sama, cap kaki dan tangan sama
4)      Sebagian hamil ganda dalam bentuk : a) 2 amnion, 2 korion, 2 plasenta; b) 2 amnion, 2 korion, 1 plasenta; c) 2 amnion, 1 korion, 1 plasenta.
5)      Pada kembar monozigotik dapat terjaid kelainan pertumbuhan seperti kembar siam
6)      Insiden kelainan malformasi tinggi pada kehamilan ganda monozigotik.
2.1.6  Diagnosis
Hidramnion demikian sering ditemukan pada kehamilan ganda, sehingga adanya hidramnion harus menimbulkan kewaspadaan terhadap itu. Janin yang tidak seberapa besar, cairan amnion yang sering berlebihan, dan regangan dinding perut menyebabkan diagnosis dengan palpasi sukar.
a.       Untuk mempertinggi ketepatan diagnosis, haruslah difikirkan kemungkinan kehamilan kembar bila didapatkan hal-hal berikut
b.      Besarnya uterus melebihi lamanya amenorea.
c.       Uterus bertumbuh lebih cepat daripada biasanya pada pemeriksaan berulang.
d.      Penambahan berat badan ibu yang mencolok yang tidak disebabkan oleh edema atau obesitas.
e.       Banyak bagian kecil yang teraba.
f.       Teraba 3 bagian besar janin.
g.      Teraba 2 ballotemen.

2.1.6.1        Diagnosis pasti dapat ditentukan dengan
a.       Terabanya 2 kepala, 2 bokong, dan satu/dua punggung
b.      Terdengar 2 denyut jantung yang letaknya berjauhan dengan perbedaan kecepatan paling sedikit 10 denyut per menit.
c.       Sonogram dapat membuat diagnosis kehamilan kembar pada truwulan pertama
d.      Roentgen foto abdomen
2.1.6.2        Diagnosis diferensial
1)      Hidramnion. Hidramnion dapat menyertai kehamilan kembar; kadang-kadang kelainan hanya dapat pada satu kantong amnion dan yang lainnya oligohidramnion. Pemeriksaan ultrasonografi dapat menentukan apakah pada hidramnion ada kehamilan kembar atau tidak.
2)      Kehamilan dengan mioma uteri atau kistoma uteri. Tidak terdengarnya dua denyut jantung pada pemeriksaan berulang, bagian besar dan kecil yang sukar digerakkan, lokasinya yang tak berubah, dan pemeriksaan roentgen dapat membedakan kedua hal tersebut.  
(Pudiastuti, Ratna Dewi.2012).

2.1.7  Penatalaksanaan
Persalinan harus dilakukan di rumah sakit. Dapat dilakukan induksi persalinan apabila ada hipertensi atau pertumbuhan janin terhambat. Waspadai timbulnya perdarahan antepartum. Sebaiknya dipasang infus pada saat mulainya partus dan diperiksa golongan darah. Lakukan pemantauan dengan kardiotokografi pada persalinan pervaginam. Apabila mungkin, maka dilakukan pemantauan bersama-sama yaitu pemantauan luar dan pemantauan dalam yaitu dengan memasang elektroda dikulit kepala janin kedua. Jika tidak mungkin dilakukan terus menerus, maka ada yang menganjurkan untuk melakukan SC. Antibiotik ampicilin 2g/iv diberikan setiap 6 jam, maka ada persalina preterm. Induksi persalinan dengan tetesan pitosin bukan merupakan kontra indikasi. Banyak digunakan epidural anastasia, tetapi kadang-kadang dilanjutkan dengan anstesi umum karena indikasi obstetrik seperti gawat janin. Pada kembar 3, dianjurkan untuk melakukan persalinan dengan SC untuk mengurangi asfiksia dan kematian perinatal. Pada umumnya persalinan hamil kebar dibagi 3 kelompok sesuai dengan presentasi janin.
a.                   Janin pertama dan kedua presentasi kepala-kepala. Apabila presentasinya kepala-kepala, maka dilahirkan pervaginam, walaupun berat janin kurnag dari 155 g.
b.                  Janin pertama presentasi kepala-janin kedua bukan kepala. Masih ada silang pendapat. Ada yang menganjurkan SC untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas, tetapi ada yang tidak ada antara persalinan pervaginam dan SC. Akan tetapi, hati-hati penilaian ada presentasi bokong, harus disingkirkan adanya disproporsi sefalo-pelvik, dan janin besar lebih dari 3.500 g. Pada janin presentasi bokong kurang 1.500 g. Apakah persalinan per vaginam atau SC masih silang pendapat. Ada pemeriksaan 306 hamil kembar didapatkan 235 janin pertama presentasi kepala dan 71 janin pertama bukan presentasi kepala; dari 235 hamil kembar tersebut diatas didapatkan 219 kasus (93,2%) bisa lahir pervaginam dan 16 kasus dengan SC; dari 71 hamil kmabr tersebut diatas 33 kasus bisa lahir pervaginam (46,5%) dan 38 kasus SC.
c.                   Janin pertama bukan presentasi kepala. Apabila janin pertama bukan presentasi kepala dianjurkan SC. Hal ini untuk menghindari adanya interlocking.
A)    Prosedur pertolongan untuk hamil kembar
Tim penolong terdiri atas spesialis kebidanan, spesialis anastesia, spesialis anak, dan perawat neonatus bergantung pada umur persalinan dan kesejahteraan janin apakah diperlukan 2 tim atau lebih. Untuk persalinan pervaginam, apabila bayi pertama telah lahir, maka dilakukan penilaian janin kedua dengan periksa dalam, palpasi, atau ultrasonografi. Presentasi harus diubah ke presentasi memanjang, dengan versi luar atau versi ekstraksi. Apabila versi berhasil ke presentasi kepala, maka ketuban dipecahkan dan dipimpin persalinan. Versi akan berhasil dengan epidural anastesi dan perbedaan berat janin kurang dari 500 g. Apabila versi luar tidak berhasil, ada yang menganjurkan untuk SC. Apabila janin kedua telah lahir, maka dilakukan plasenta manual untuk menghindari perdarahan pasca-persalinan. Segera berikan uterotonika diberikan sampai 3-4 jam pasca-persalinan. Manipulasi intrauterin dari kedua tidak meningkatkan risiko kejadian endometritis ataupun sepsis neonatus. Persalinan janin kedua SC kecuali meningkatkan risiko endometritis juka akan meningkatkan kematian ibu 6 kali.
B)    Interlocking
Interlocking terjadi apabila janin pertama lahir dengan presentasi bokong dan kepala janin kedua masuk rongga panggul terlebih dahulu sebelum kepala janin pertama masuk. Untuk mengindari interlocking , tersebut dilakukan SC. Apabila terjadi interlocking, maka untuk mengatasinya dengan cara memasukkan 1 tangan kedalam jalan lahir diantara2 dagu dan tangan yang lain mendorong kepala yang telah masuk kedalam rongga panggul masuk kedalam rahim. Apabila gagal lakukan SC. Pada saat operasi, kepala yang telah masuk rongga panggul ditarik keatas, dan bayi pertama yang bokongnya telah lahir secara hati-hati oleh penolong yang lain. Apabila janin pertama telah mati, maka dapat dilakukan dekapitasi, kemudian janin kedua dilahirkan seperti biasa dan kepala janin pertama dilahirkan setelah janin kedua lahir. Akan tetapi, lebih dianjurkan untuk melakukan SC, untuk menghindari asfiksia pada janin kedua. Risiko kematian pada janin pertama sangat tinggi.
C)    Kembar dempet (kembar siam)
Diagnosis ditegakkan saat antenatal. Ditentukan letak dan bagian tubuh yang mana yang dempet, dan diberitahukan kepada keluarga sebelum lahir tentang prognosis dan risiko operasi. Tindakan operatif sebaiknya dilakukan pada kehamilan 38 minggu. Apabila dilakukan pada kehamilan preterm, maka dianjurkan untuk pemberian kortikosteroid untuk pematangan paru. Insisi klasik lebih menguntungkan, tetapi mempunya risiko ruptur pada kehamilan berikutnya. Pada saat kelahiran, sebaiknya ada 2 tim dokter yaitu spesialis anak 2 orang, perawat neonatus 2 orang, dan 1 dokter spesialis bedah anak yang siap di panggil.
(Fadlun dan Achmad Feryanto. 2012).

2.1.8  Komplikasi
Menurut Ratna dewi.2012, komplikasi pada kehamilan kembar sebagai berikut :
Pada Ibu
Pada Janin
Anemia
Hipertensi
Partus Prematorus
Atonia uteri
Perdarahan pasca persalinan
Hidramnion
Malpresentasi
Plasenta previa
Solusio plasenta
Ketuban pecah dini
Prolapsus funikuli
Pertumbuhan janin terhambat
Kelainan bawaan
Morbiditas dan mortalitas perinatal meningkat

2.1.9  Prognosis
Menurut Ratna Dewi.2012, bahaya bagi ibu pada kehamilan kembar lebih besar daripada kehamilan tunggal, karena lebih seringnya terjadi anemia, pre-eklamsia dan eklamsia, operasi obstetrik, dan perdarahan post partum.

2.2 KONSEP MANAJEMAN KEBIDANAN PERSALINAN GEMELI
2.2.1  Pengkajian Subjektif dan Objektif
A.    Data subjektif
1)      Biodata atau identitas klien dan suami
a.         Nama                                
       Untuk memanggil, mengenal dan menghindari kekeliruan
b.        Umur
Semakin tua usia ibu semakin berpotensi terjadi kehamilan ganda karena perempuan berusia diatas 35 tahun menghasilkan FSH yang lebih banyak dibandingkan usia muda. Perempuan dengan FSH tinggi dapat melepaskan lebih dari satu sel dalam 1 siklus (Lalage, 2013).
c.         Agama                 
       Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya agama pasien akan memudahkan bidan melakukan pendekatan didalam melaksanakan asuhan kebidanan.
d.        Suku bangsa
       Frekuensi kehamilan kembar sangat bervariasi diantara berbagai ras dan kelompok etnis karena akibat dari variasi raisal kadar follicle-stimulting hormone (FSH)
e.         Pendidikan
       Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu pada saat konseling.
f.         Pekerjaan
       Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien dan apakah pekerjaan ibu/suami dapat mempengaruhi kesehatan klien atau tidak.


g.        Alamat
       Untuk mengetahui alamat ibu jika sewaktu-waktu ada masalah, bisa langsung menghubungi keluarga di rumah.
2)      Keluhan utama
Merupakan alasan utama klien untuk datang ke bidan dan apa saja yang dirasakan klien.
Kemungkinan yang ditemui adalah ibu mengatakan hamil anak ke ... usia kehamilan ... bulan, kenceng-kenceng sejak jam ..., tanggal... dn keluar lendir bercampur darah jam ..., tanggal... keluar  cairan ketuban jam ... tanggal ... warna ...
3)      Riwayat Menstruasi
Yang ditanyakan adalah siklus, lama, banyaknya, disminore usia menarche dan HPL (aterm atau preterm)
4)      Riwayat Perkawinan
Yang ditanyakan adalah :
a.       Usia kawin pertama kali
b.      Usia perkawinan
5)      Riwayat Obstetrik yang Lalu
Wanita yang ernah mengalami kehamilan kembar mempunyai faktor resiko untuk hamil kembar apabila nantinya hamil lagi (Lalage, 2013).
6)      Riwayat Kehamilan Sekarang
Yang ditanyakan pada riwayat kehamilan sekarang adalah :
a.       Hari pertama haid terakhir dan HPL
Salah satu prognosis dari kehamilan kembar yaitu persalinan premature sehingga pengkajian HPHT dan HPL diperlukan untu mengevaluasi resiko terjadinya persalinan premature (Sofian, 2012).
b.      Keluhan selama Trimester I, II dan III
c.       Kapan pergerakan janin pertama kali dirasakan oleh ibu.
d.      Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir.
e.       Keluhan-keluhan yang dirasakan oleh ibu, seperti 5L, mual dan muntah terus menerus, nyeri perut, demam tinggi, sakit kepala berat, penglihatan kabur, rasa nyeri/panas pada saat BAK, gatal pada vulva, pengeluaran pervaginam, nyeri dan kemerahan pada tungkai, dan bengkak pada wajah, tangan dan kaki. 
7)      Riwayat KB
Wanita yang baru saja menghentikan penggunaan pil kontrasepsi, kadar hormone gonadotropin akan lebih sehingga kemungkinan kehamilan ganda lebih besar (Fadlun, 2012).
8)        Riwayat Kesehatan Ibu
Yang ditanyakan pada riwayat kesehatan ibu adalah
a.       Riwayat penyakit yang pernah diderita, seperti, penyakit jantung, asma, hipertensi, TBC, ginjal, epilepsi, DM, PMS/IMS.
b.      Riwayat alergi, seperti, jenis makanan, jenis obat-obatan
c.       Riwayat tranfusi darah.
d.      Riwayat operasi dinding rahim.
e.       Riwayat pernah mengalami kelainan jiwa.
9)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Yang ditanyakan pada riwayat kesehatan keluarga adalah :
a.       Riwayat penyakit keturunan, seperti penyakit jantung, DM, epilepsi, hipertensi dan asma.
b.      Riwayat keturunan kembar.
Sebagai penentu terjadinya kehamilan kembar, riwayat keturunan kembar dari keluarga pihak ibu jauh lebih penting daripada riwayat ayahnya.
10)  Riwayat Psikososial
Yang ditanyakan pada riwayat psikososial adalah :
a.       Apakah kehamilan ini direncanakan atau tidak
b.      Respon ibu terhadap kehamilan ini
c.       Respom suami dan keluarga terhadap kehamilan ibu.
d.      Hubungan dengan tetangga atau masyarakat
e.       Kekhawatiran khusus
11)  Pola Nutrisi
Hal ini ditanyakan untuk mengetahui pola nutrisi ibu dan perbedaan pola nutrisi ibu sebelum dan saat hamil.
12)  Pola Eliminasi
Hal ini ditanyakan untuk mengetahui pola eliminasi ibu. Seperti frekuensi, warna, konsistensi dan keluahn saat BAK dan BAB.
13)  Pola istirahat
Ditanyakan untuk mengetahui pola istirahat ibu selama hamil. Seperti berapa lama ibu tidur.

14)  Aktifitas Sehari-Hari
Hal ini ditanyakan untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari apakah mengganggu untuk kehamilan ibu atau tidak. Seperti beban kerja, olah raga, kegiatan spiritual, hubungan seksual, budaya yang merugikan kesehatan, penggunaan obat-obatan yaitu Gonadotropin eksogen, klomifen sitrat dan obat-obatan serupa yang dipakai untuk pengobatan infertilitas akan merangsang pengeluaran FSH sehingga terjadi ovulasi berulang yang berakibat terjadiny kehamilan kembar (Fadlun, 2012).

B.     Data Obyektif
1)      Pemeriksaan umum
a.    Keadaan umum: untuk mengetahui apakah ibu dalam kondisi baik, buruk, lemah.
b.    Kesadaran: untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu composmentis, apatis, somnolen, delirium, spoor, koma.
c.    TTV: untuk mengetahui tanda-tanda vital ibu dalam batas normal atau tidak.
-          Tekanan darah: tekanan darah dikatakan tinggi apabila >140/90 atau kenaikan tekanan sistol >30 dan diastole >15 mmhg. Bila tekanan darah tinggi dan uji protein urine positif maka kondisi dapat lebih buruk menjadi pre-eklamsi.
-          Suhu: suhu tubuh normal adalah 36.5-37.5oC. Suhu yang melebihi  37.5oC perlu diwaspadai adanya infeksi.
-          Nadi: dalam keadaan normal denyut nadi ibu sekitar 60-100 kali permenit. Denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit dalam keadaan santai dapat menjadi pertanda buruk.
-          Respirasi : untuk mengetahui fungsi system pernapasan, normalnya 16-24 kali permenit. Bila lebih ibu dikatakan mengalami sesak napas (Romauli S, 2011).
2)      Pemeriksaan fisik
a.       Inspeksi
Yaitu pemeriksaan dengan cara melihat atau mengamati pasen yang dimulai dari kepala sampai ujung kaki (head to toe) kemungkinan pasien datang dengan kenceng-kenceng yang mulai sering, keluar darah dan lendir dari jalan lahir.
Genetalia : ada blood show atau tidak
b.      Palpasi
Leopold
NO.
Presentasi
1.

Dua-duanya kepala :
Leopold I   : TFU... cm (TFU lebih besar dari usia kehamilan), Teraba 2 bagian bulat dan tidak melenting
Leopold II  :Teraba 2 bagian keras seperti papan pada 2     sisi perut ibu atau 1 sisi keras dan sisi lainnya teraba bagian kecil
Leopold III :Bisa saja teraba 1 kepala sudah masuk atau belum masuk PAP
Leopold IV : Dilakukan bila salah satu kepala janin sudah masuk PAP
2.

kepala dan bokong :
Leopold I   : TFU... cm (TFU lebih besar dari usia kehamilan), Teraba 1 bagian bulat melenting dan 1 bagian bulat tidak melenting
Leopold II  :Teraba 2 bagian keras seperti papan pada 2     sisi perut ibu atau 1 sisi keras dan sisi lainnya teraba bagian kecil
Leopold III :Bisa saja teraba 1 kepala sudah masuk atau belum masuk PAP
Leopold IV : Dilakukan bila salah satu kepala janin      sudah masuk PAP
3.
Dua-duanya bokong :
Leopold I   : TFU... cm (TFU lebih besar dari usia kehamilan), Teraba 2 bagian bulat dan melenting
Leopold II  :Teraba 2 bagian keras seperti papan pada 2     sisi perut ibu atau 1 sisi keras dan sisi lainnya teraba bagian kecil
Leopold III :Bisa saja teraba 1 bokong sudah masuk atau belum masuk PAP
Leopold IV : Dilakukan bila salah satu bokong janin sudah masuk PAP
4.
kepala dan letak lintang :
Leopold I   : TFU... cm (TFU lebih besar dari usia kehamilan), Teraba 1 bagian bulat dan tidak melenting
Leopold II  : Teraba 1 bagian bulat melenting kesan kepala pada 1 sisi perut ibu dan teraba bulat tidak melenting pada sisi lainnya
Leopold III :Bagian terendah janin tidak masuk PAP
Leopold IV : Tidak dilakukan
5.
Bokong dan letak lintang :
Leopold I   : TFU... cm, Teraba 1 bagian bulat dan melenting
Leopold II  :Teraba 1 bagian bulat melenting kesan kepala pada 1 sisi perut ibu dan teraba bulat tidak melenting pada sisi lainnya
Leopold III :Bagian terendah janin tidak masuk PAP
Leopold IV : Tidak dilakukan
6.
Dua-duanya letak lintang :
Leopold I   : TFU... cm, teraba kosong pada fundus
Leopold II  :Teraba 2 bagian bulat melenting terkesan kepala pada 2 sisi perut ibu atau
Leopold III :Bagian terendah janin tidak teraba di PAP
Leopold IV : Tidak dilakukan

VT (presentasi kepala bokong) :
a)      Jika kepala masuk PAP : teraba UUK sebagai denominator
b)      Jika bokong yang masuk PAP : teraba sacrum, anus dan dua lipat paha sebagai denominator
VT (presentasi bokong-bokong) : teraba sakrum, anus dan dua lipat paha sebagai denominator
VT (presentasi kepala-kepala) : teraba UUK sebagai denominator
VT (presentasi lintang bokong) : teraba sakrum, anus dan dua lipat paha sebagai denominator
VT (presentasi lintang kepala) : teraba UUK sebagai denominator
VT (presentasi lintang-lintang) : teraba skapula atau sternum sebagai denominator

c.       Auskultasi
DJJ : pada kehamilan kembar ditemukan lebih dari satu bunyi DJJ yang berbeda satu sama lain (berbeda lebih dari 10 DJJ per menit dan terpisah dari detak jantung ibu.
His : ...x/...detik/10 menit
d.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dilakukan untuk menunjang pemeriksaan yang sebelumnya telah dilakukan. Yaitu pemeriksaan laboratorium. Seperti :
a)      Darah lengkap
b)      Urine lengkap
c)      USG
Pada pemeriksaan USG dengan kehamilan kembar, tampak 2 janin atau 2 jantung janin yang berdenyut yang telah dapat ditentukan pada Trimester II (Sofian, 2012).
d)     EKG
Terdapat gambaran EKG yang berbeda dari kedua janin pada kehamilan kembar (Sofian, 2012)

2.2.2  Identifikasi Diagnosis dan Masalah Aktual
Diagnose kebidanan pada persalinan dengan kehamilan kembar adalah:
Dx : Ny.... G...P... Ab umur…. UK.... G/H/I pre skep/pres bok/let lin dan bayi kedua pre skep/pres bok/let lin, penurunan kepala janin pertama … bagian
Ds :  Ibu sudah kenceng-kenceng dan yang mungkin timbul pada persalinan dengan kehamilan kembar adalah ibu merasa cemas
Do :
TD            : 100/70-130/80 mmHg
Nadi         : 60-100 x/menit
Suhu         : 36,5 – 37,5 C
Rr             : 18-20 x/menit
Leopold I :  TFU ... cm (TFU lebih besar dan tidak sesuai dengan usia kehamilan), teraba 2 bagian ….  pada fundus.
Leopold II : Teraba 2 bagian …. di perut kanan dan kiri (puka-puki), teraba banyak bagian kecil. Anak pertama teraba puka dan anak kedua teraba puki.
Leopold III : Teraba 2 bagian …. di perut bagian bawah ibu
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP (4/5)
VT (presentasi ….) : teraba ....  sebagai denominator
DJJ            :  120-160 x/menit, selisih DJJ kedua janin tidak kurang dari 10
His             :  ... x/menit
Pemeriksaan Penunjang
USG : Terlihat dua bagian janin atau lebih, kedudukan anak, posisi janin, air ketuban, letak plasenta, DJJ, TBJ, usia kehamilan, tafsiran persalinan.

2.2.3  Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi maslah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang ada. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Sambil mengamati pasien, bidan diharapkan siap bila diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi (Ari Sulisyawati, 2014).

2.2.4  Identifikasi Tindakan Segera
Dalam pelaksanaannya bidan kadang dihadapkan pada beberapa situasi darurat dimana harus segera melakukan tindakan untuk menyelematkan pasien, kadang juga berada pada situasi dimana pasien memerlukan tindakan segera sementara harus menunggu instruksi dokter atau bahkan mungkin juga situasi yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Oleh karena itu bidan sangat dituntut kemampuannya untuk selalu melakukan evaluasi keadaan pasien agar asuhan yang diberikan tepat dan aman.
Jika bidan melakukan pertolongan persalinan mandiri, dan hasil pemeriksaan menunjukkan adanya tanda bahaya pada pasien, maka tindakan yang harus dilakukan adalah merujuk pasien dengan melakukan tindakan stabilisasi prarujuk terlebih dahulu. Jika pertolongan persalinan dilakukan di rumah sakit maka sesegera mungkin bidan melaporkan kondisi pasien kepada dokter (Ari Sulisyawati, 2014).

2.2.5  Intervensi
Intervensi:
A)    Mandiri
1)      Jelaskan hasil pemeriksaan.
R: agar ibu dan keluarga mengetahui tentang kondisinya dan kondisi janinnya.
2)      Lakukan inform concent kpada ibu.
R: inform concent menjadi bukti tindakan yang dilakukan bidan kepada ibu
3)      Ajarkan teknik relaksasi pada ibu saat ada his
R: dengan menarik nafas dari hidung dan menghembuskan dari mulut akan mengurangi rasa sakit dan merelaksasi saat his
4)      Berikan dukungan psikologis bagi ibu
R: dukungan psikologis akan meningkatkan kepercayaan diri ibu pada kehamilannya dan control emosi agar tidak cemas dengan persalinannya.
5)      Observasi TTV, KU ibu dan memantau DJJ janin setap
R: TTV, KU dan DJJ menandakan apakah terjadi komplikasi atau tidak
B)    Kolaborasi
1)      Pasang infus RL 20 tpm
R: untuk memenuhi kebutuhan cairan pada ibu
2)      Lakukan konsultasi dan kolaborasi dengan dr. SpOG
R: agar mendapat penanganan yang tepat sesuai yang diarahkan oleh dokter

C)    Rujukan
1)      Lakukan KIE kepada ibu dan keluarga untuk rencana asuhan persalinan di rumah sakit terutama bila ditemukan kelainan letak interlocking.
R: Memberikan keamanan dan kenyamanan pada ibu saat proses persalinan
2)      Lakukan rujukan dengan menerapkan konsep BAKSOKUDA
R: Rujukan mendapatkan pelayanan yang tepat dan cepat jika terjadi komplikasi
  



2.2.6  Implementasi
Implementasi yang komprehensif merupakan perwujudan dan rencana yang telah disusun dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dapat terealisasi dengan baik apabila ditetapkan berdasarkan hakekat masalah. Jenis tindakan apabila atau pelaksanaan bila dikerjakan oleh bidan sendiri, klien, kolaborasi sesama tim, keseluruhan lain dan rujukan dan proses lain.

2.2.7  Evaluasi
Merupakan langkah akhir dari proses asuhan kebidanan, kehamilan atau persalinan dengan gemelli. Asuhan manajemen kebidanan dilakukan secara kontinyu sehingga perlu dievaluasi setiap tindakan yang telah diberikan agar lebih efektif. Kemungkinan hasil evaluasi yang ditemukan :
1.      Tercapainya seluruh perencanaan tindakan
2.      Tercapainya sebagian dari perencanaan tindakan, sehingga dibutuhkan revisi.
3.      Tidak tercapainya seluruh perencanaan tindakan.





                                               DAFTAR PUSTAKA

Chauhan,Suneet P. MD. Scardo,James A. MD. Hayes,Edward. MD. Abuhamad,Alfred Z. MD. Berghella,Vincenzo. MD. Twins : prevalence, problems, and preterm births. [homepage on the Internet] 2011 [cited 2018 Sept 10]. Available from : American Journal of Obstetric Gynecology
Fadlun dan Achmad Feryanto. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.
Harry Oxorn dan Willian R. Forte.2010.ILMU KEBIDANAN: Patolodi dan Fisiologi Persalinan.Yogyakarta:C.V ANDI OFFSET
Lalage, Zerlina. 2013. Menghadapi Kehamilan Resiko Tinggi. Klaten: Abata Press
Nugroho, Taufan.2012. ABGYN: Obstetri dan Ginekologi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan.Yogyakarta: Nuha Medika
Pudiastuti, Ratna Dewi.2012.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Patologi. Yogyakarta:nuhamedika
Rohani, dkk. 2011. Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika
Romauli, S. 2011. Buku Ajar Askeb 1: Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Media.
Sofian, Amru. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Sulistyawati, Ari, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba Medika.






0 Comments