MAKALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA - KASUS HIPERVENTILASI


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pernapasan adalah suatu kebutuhan pokok bagi kehidupan. Pernapasan juga menjadi kebutuhan yang hakiki bagi manusia. Pernapasan merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas.
Adapun masalah yang terjadi oleh pernapasan, oleh sebab itu manusia sangat membutuhkan sistem pernapasan yang sehat. Gangguan pernapasan atau penyakit yang disebabkan oleh pernapasan juga dapat menjadi sesuatu yang menakutkan, karena sistem pernapasan yang tidak sehat dapat menyebabkan penyakit kronis atau bahkan mematikan. Salah satu gangguan pernapasan yang terjadi adalah hiperventilasi.
Hiperventilasi adalah ventilasi yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan pengeluaran karbondioksida (CO2) normal, hal ini dapat diidentifikasi dengan memantau tekanan parsial CO2 arteri, atau tegangan (PaCO2), yaitu lebih rendah dari angka normal (40 mmHg). Hiperventilasi  dapat menyebabkan perubahan hemodinamik dan kimia sehingga menimbulkan berbagai gejala.
Gejala hiperventilasi dapat disebabkan karena kecemasan, infeksi, keracunan obat-obatan, keseimbangan asam basa, bahkan gejala hiperventilasi ini ditemukan pada 50% pasien dengan gangguan panic dan 60% agrofobia. Penderita perempuan lebih banyak mengalami sindrom ini dibandingkan dengan pria dengan rasio 7 : 1.  Di amerika sindrom ini ditemukan 10% pada pasien penyakit dalam. (Aru W.Sudoyo,Dkk 2009: 2130)
Dalam penulisan makalah ini, penulis akan membahas lebih jauh tentang gangguan pernapasan yaitu hiperventilasi.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa definisi dari hiperventilasi?
2.      Bagaimana gejala yang terjadi oleh hiperventilasi ?
3.      Apa saja penyebab terjadinya ganggian hiperventilasi ?
4.      Bagaimana penatalaksanaan untuk gangguan hiperventilasi ?
5.      Bagaiamana cara mengobati gangguan hiperventilasi ?

C.     Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1.         Guna memenuhi dan melengkapi tugas mata kuliah kebutuhan dasar manusia
2.         Menambah wawasan pengetahuan mahasiswa tentang sistem pernapasan
3.         Menambah wawasan pengetahuan mahasiswa tentang penyebab, gejala, penatalaksanaan dan pengobatan  gangguan sistem pernafasan yaitu gangguan hiperventilasi







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah pernafasan cepat dan dalam (Sesak nafas) keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi lemah .
Sindrom Hiperventilasi terjadi akibat kecemasan yang berlebihan. Hiperventilasi terjadi jika metabolisme tubuh terlampau tinggi sehingga mendesak alveolus melakukan ventilasi secara berlebihan. Kondisi tersebut terjadi akan menyebabkan alkalosis respiratorik. Alkalosis adalah suatu keadaan dimana eskresi Co2 dari paru paru berlebihan yang mengakibatkan naiknya Ph darah (Ph darah > 7,4)  .
B.     Gejala dan Penyebab Hiperventilasi
Penyebab terjadinya hiperventilasi adalah pernafasan yang sangat cepat dan dalam yang menyebabkan terlalu banyak jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari Hiperventilasi yakni rasa nyeri, demam, over doosis aspirin dan penyakit paru-paru Gejala Hiperventilasi dapat membuat penderita cemas dan dapat menyebabkan rasa gatal pada sekitar bibir dan wajah. Jika keadaan makin memburuk bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
Faktor-faktor psikis
Penyebab paling sering untuk hiperventilasi ialah emosi rasa takut dan kegelisahan. Freud melukiskan gejala-gejala klinis neurosis juga dengan gangguan pernafasan, yaitu dinamakan dypsnea nerfeus. Alexander dkk menunjukkan, bahwa pikiran-pikiran tentang seksual dan rasa ketergantungan mempunyai pengaruh khas terhadap pernafasan. Menurut dia hiperventilasi merupakan pengaturan symbolis, dari emosi tersebut. (Aru W.Sudoyo,Dkk 2009: 2131)
Menurut Hoff,dkk, pasien syndrome hiperventilasi tidak memecahkan konflik psikis, melainkan hanya dapat menarik nafas dalam-dalam (sighing). Terjadi penghindaran dalam pengambilan keputusan. Pengalihan ke pernafasan cepat atau hiperventilasi ialah penghindaran konfrontasi dengan kenyatan. Maka gangguan fungsional menjadi menetap, sehingga pada beban psikis yang ringan sudah terjadi hiperventilasi. Pernafasan yang cepat menjadi jawaban atas rasa sakit,kemarahan atau takut, yang menurut Hoff juga merupakan factor terpenting untuk berjangkitnya penyakit ini. Pada perkembangan penyakit yang lebih lanjut keluhan pernafasan akan timbul dalam setiap situasi yang tidak enak. (Aru W.Sudoyo,Dkk 2009: 2131)

C.     Manifestasi Klinis Hiperventilasi
1.    Parestesia
Khas sekali ialah keluhan seperti “kesemutan” pada tangan-tangan (terutama pada ujung-ujung jari) dan kaki. Seringkali Parastesia merupakan gejala satu-satunya, yang membawa pasien ke dokter. Sering juga terasa gatal, menggelitik disekitar mulut, terutama di bibir, sering kali juga di lidah.
2.    Gejala-gejala Sentral
Sering kali terjadi gangguan-gangguan penglihatan dan perasaan “Enteng” Seperti melayang dan penglihatan kabur yang di kenal sebagai Blurry Eyes  di samping itu pasien mengeluh tentang bingung, sakit kepala dan pusing
3.    Keluhan Pernapasan
Umumnya pasien mengeluh sesak nafas walaupun tanda hiperventilasinya tidak jelas. Keluhan sesak ini biasanya terjadi setelah kunjungan dokter. Tidak jarang ada Takiphnea, terapi sering di tutupi dengan berulang – berulang menarik nafas panjang, menguap dan mendengus, kadng-kadang dengan batuk kering terpotong-terpotong. Keluhan-keluhan tentang kekurangan udara dan keharusan untuk nafas panjang. Disertai dengan rasa sesak, Sempit didada (Rasa seperti terikat) atau perasaan “Tidak dapat bernafas bebas”, Selalu di utarakan.
       4.    Keluhan Jantung
Hiperventilasi tidak jarang disertai dengan keluhan yang menyerupai Angina Pectoris, yang juga di temukan pada kelainan fungsional jantung dan sirkulasi. Jadi kombinasi syndrome Hiperventilasi dengan syndrome kardiovaskular, fungsional (effort syndrome , fobia jantung, irritable heart). Sering juga terjadi perubahan dari gejala syndrome hiperventilasi menjadi syndrome kardiovaskular, fungsional (Gangguan jantung Fungsional).
     5.    Keluhan Umum
Seringkali pasien mengeluh tentang kaki tangan dingin yang sangat mengganggu, hampir selalu merasa lelah, lemas, mengantuk dan sangat sensitive terhadap cuaca.  
     6.    Serangan Akut
Pasien merasa akut dan gelisah dengan pernafasan cepat tak teratur. Jari tangan, kaki dan tungkai merasa seperti mati. Jantung berdebar-debar, dispnea dan rasa menekan di dada. Memaksa pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam, agar tidak tercekik. Bibir tak berasa, mulut sering di gerakan, muka terasa tegang. Juga terasa pusing, menekan di kepala dan epigastriun (Tetani viseral), sendawa, mual, mulut kering, dan tak bertenaga. (Aru W.Sudoyo,Dkk 2009: 2130)

D.    Komplikasi pada Hiperventilasi
1.    Alkalosis respirasi (respiratory alkalosis) dengan penurunan kalsium ion serum; fosfat organik, dan ion magnesium.
2.    Hiperekstiabilitas saraf dan otot (neuro-muskular hiperexcitability) dengan gejala-gejala tetani ( parestesia, fenomen Chvostek dan trousseau, spasme karpopedal, kejang tangan kaki, tangan obstetrik), disebabkan oleh pergeseran ion-ion, yaitu berkurangnya ion kalsium dan ion magnesium.
3.    Perubahan perdarahan regional. Pada hiperventilasi alveolar akut peredaran darah di otak berkurang, yang dapat menimbulkan pre-kolabs dengan blurry eyes, atau bahkan jatuh pingsan. Ini dapat dimengerti, karena rangsang terkuat untuk sirkulasi otak ialah perubahan konsetrasi CO2 dalam darah. Juga peredaran darah di kulit berkurang karena hiperventilasi sehingga suhu kulit menurun, dan timbul akrosianosis.
4.    Aktivasi simpatik : hiperventilasi merangsang sistem saraf simpatik, hingga terjadi kenaikan nadi dan terjadi perubahan EKG dengan ekstrasistol. (Aru W.Sudoyo,Dkk 2009: 2130)

E.     Diagnosa Hiperventilasi
1.    Ketidakefektifan pola napas/ventilasi spontan berhubungan dengan gangguan Co2 dan kecemasan
2.    Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status ekonomi, lingkungan dan status kesehatan
3.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh dan kelemahan.

F.      Penatalaksanaan Hiperventilasi
a.         Prahospital
Penanganan Awal yang dilakukan pada hiperventilasi pra rumah sakit
1.        Pasien disuruh bernapas ( inspirasi dan ekspirasi ) kedala sungkup plastic agar PCO2 dalam darah naik. Atau bernapas dalam beg plastik atau beg kertas.
2.        Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan napasnya selama mungkin, kemudian menarik napas dangkal dan menahan kembali napasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
3.        Menenangkan diri serta emosi pasien (Aru W.Sudoyo,Dkk.2009 : 2132)
b.         Intrahospital
Penanganan  yang dilakukan pada  hiperventilasi di  rumah sakit
1.        Lapangkan jalan napas dan kalau perlu berikan dukungan respirasi
2.        Tinggikan bagian kepala ranjang dan singkirkan semua pakaian yang  membatasi gerakan pasien
3.        Berikan oksigen
4.        Atasi penyebab gangguan yang mendasarinya (jika perlu, lakukan pengobatan)
5.        Monitoring nadi oksimetri dan TTV
6.        Lakukan intubasi jika perlu
7.        Lakukan monitoring aliran maksimal.
c.         Pascahospital
1.        Hilangkan/jauhkan hal-hal yang membuatnya kembali depresi, takut dan cemas
2.        Healt education. Mulai hidup sehat dengan cara pola hidup teratur serta latihan pernapasan.
3.        Penggunaan obat-obatan anti depresi agar kecemasan dan depresinya berkurang atau hilang
4.        Hindari bekerja dalam tekanan dan emosi yang berlebihan
5.        Pasien harus berkonsultasi dengan profesional (misalnya fisioterapi)

G.    Pengobatan Hiperventilasi
Pengobatan yang dibutuhkan adalah perlambatan pernafasan jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafaan dapat meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, berikan obat pereda rasa nyeri. Atau menghembuskan nafas dalam kantong kertas, dapat membantu meningkatkan karbondioksida, setelah penderita menghirup karbondioksida yang telah dihembuskan sebelumnya. Pilihan ini adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafas selama mungkin. Kemudian menarik nafas dangkal dan menahan nafas kembali hal ini dilakukan berulang kali dalam satu rangkaian sebanyak 6 kali sampai 10 kali. Apabila kadar karbondioksida mulai meningkat itu berarti gejala hiperventilasi mulai membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pernapasan adalah suatu kebutuhan pokok dan kebutuhan yang hakiki bagi manusia. Salah satu gangguan pernapasan yang terjadi adalah hiperventilasi. Hiperventilasi adalah ventilasi yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan pengeluaran karbondioksida (CO2) normal, hal ini dapat diidentifikasi dengan memantau tekanan parsial CO2 arteri, atau tegangan (PaCO2), yaitu lebih rendah dari angka normal (40 mmHg).
Gejala hiperventilasi dapat disebabkan karena kecemasan, infeksi, keracunan obat-obatan, keseimbangan asam basa. Hiperventilasi juga dapat terjadi sebagai akibat dari berbagai penyakit paru-paru,cedera kepala, atau stroke (pusat hiperventilasi neurogenik, respirasi apneustic, respirasi ataxic,Cheyne-Stokes respirasi atau pernapasan Biots) dan penyebab berbagai gaya hidup. Ada pula masalah komplikasi yang timbul  pada hiperventilasi diantaranya alkalosis respirasi (respiratory alkalosis), hiperekstiabilitas saraf dan otot (neuro-muskular hiperexcitability), perubahan perdarahan regional, dan aktivasi simpatik.
Penatalaksanaan hiperventilasi dapat dilakukan berdasarkan prahospital, intrahospital, pascahospital. Adapun cara pengobatan yang dapat dilakukan bagi penderita hiperventilasi seperti jika penyebabnya adalah rasa nyeri, berikan obat pereda rasa nyeri. 
B.     Saran
Diharapkan dengan pembuatan makalah ini, pengetahuan yang dimiliki oleh penulis maupun para mahasiswa dapat bertambah pengetahuan mengenai gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen atau gangguan sistem pernafasan yaitu hiperventilasi berupa pengetahuan definisi, gejala, penyebab, penatalaksanaan dan pengobatan yang dapat diterapkan bagi mahasiswa kesehatan. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai acuan untuk mempelajari dan memahami mata kuliah ini.

                                                                                                                  


DAFTAR PUSTAKA

Aru. W. Sudogo, dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing
Anonymus. 2012. Hiperventilasi atau Nafas Cepat Abnormal. Diakses pada tanggal 21 Januari 2017 pukul 20.45 WIB
Anjay. Raigan. 2015. Mengenal Hiperventilasi . Diakses pada tanggal 21 Januari 2017 pukul 21.02 WIB http://www.ardhinw.com/2015/01/mengenal-hiperventilasi.html
Laura. Fenty. 2015. Makalah Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi. Diakses pada tanggal 21 Januari 2017 pukul 19.20 WIB http://octvlaura.blogspot.co.id/2015/05/makalah-pemenuhan-kebutuhan-oksigenasi.html
Slamat. Rahwati, dkk. 2014. ‘Hiperventilasi Syndrom’. Makassar. Universitas Muslim Indonesia. Diakses pada tanggal 21 Januari 2017 Pukul 19.25 WIB https://www.scribd.com/doc/251300134/Makalah-Hiperventilasi-Sindrom-Klp-III

0 Comments